Permohonan yang Terkabul (3)
Peri Pipi tak bisa menjawab sepatah kata pun. "Bagaimana sekarang? Ini salah mu! Salah mu !" protes Aira.
Tiba-tiba Aira membulatkan matanya. "Oh, maafkan... aku tak bermaksud protes denganmu. Sungguh!" ucap Aira sambil menutupi mukanya dengan kedua tangan.
Peri Pipi melengkungkan kedua bibirnya, "Tidak apa-apa" ujarnya lembut.
Aira lalu terduduk, lalu memandang langit. Ia melihat dua bintang bersinar terang. Tiba-tiba suatu benda bergerak di cakrawala.
"Apa itu?" tanya Aira sambil menunjuk benda tersebut.
"Astaga! Itu... bintang jatuh, Aira!" teriak Peri Pipi.
Aira tak percaya. "Memohonlah!" pinta Peri Pipi. Aira menggelengkan kepalanya.
"Tidak, tidak perlu, Peri Pipi," celetuk Aira. Peri Pipi menujukkan raut wajah kebingungan.
Aira lalu menoleh kepada Ayah, Ibu dan Kakaknya yang kembali ke rumah. Wajahnya yang terlihat ceria menjadi sedih. Setibanya di kamar Aira, Ayah, Ibu dan Kakak Aira menceritakan semuanya.
"Aku, Ayah dan Ibu membeli barang-barang yang mahal. Dan makanan yang mahal. Saat membayar . . ." ucapan Kakak terpotong.
"Uangnya habis... hanya sedikit, sih. Jadi kami disuruh mencuci piring," potong Ayah.
"Kami lelah sekali karena banyak rentetan cucian Kamu beruntung Aira karena tak ikut." lanjut Ibu.
"Aku tidak ingin lagi ucapan permohonan ku salah. Kembali lah keluargaku seperti dulu," batin Aira diam-diam.
"Ayah dan Ibu bekerja kembali, tetapi jangan sampai kelelahan menggerogoti mereka. Teman dan sahabat lamaku, juga teman baruku. Semoga semua saling berteman baik," lanjut Aira dalam hati.
Selang beberapa menit, Ayah dan Ibu mulai sibuk berpikir untuk mencari pekerjaan lagi. Kakak memutuskan akan ikut membantu. "Permohonanku terkabul! Permohonanku terkabul!" Aira terlihat girang.
Peri Pipi tersenyum tulus menyaksikan kegembiraan Aira. Permohonan Aira yang lain pun terjadi keesokan harinya di sekolah.
"Hai Aira! Kita duduk sebangku, yuk!,"ajak Gissele.
"Ayo!" tukas Aira semangat. Matanya tanpa sadar berkaca-kaca.
"Angel duduk sebangku dengan Allisa. Aku senang kita bisa kembali seperti dulu," gumam Aira .
Sepanjang pelajaran, Aira terlihat penuh semangat. Usai sekolah, ia pulang ke rumah.
"Ibu aku pulang!" sahut Aira ceria.
"Halo Aira. Selamat datang!" sambut Ayah. Aira mencuci tangannya, lalu menyantap makan siang. Setelah itu, ia berlari kecil ke kamar.
"Kembalilah Peri Pipi!" seru Aira pelan.
Sekejap kemudian, Peri Pipi muncul.
"Sentuh telunjukku lagi Aira," pinta Peri Pipi.
Aira menyentuhnya, kemudian tersenyum lebar. "Hangat sekali! Permohonanku berarti berbuah baik..." ucap Aira.
"Sampai jumpa, Aira," pamit Peri Pipi. Seketika Aira terlihat murung.
"Apa maksud mu? Kita tak akan bertemu lagi ?" tanya Aira sambil menundukkan kepalanya.
"Benar, Aira. Ini sudah waktunya aku pulang. "jawab Peri Pipi. Aira bersalaman dengan Peri Pipi.
"Sampai jumpa, Peri Pipi yang mungil!" isak Aira sambil menyeka tangisnya .
Peri Pipi lalu terbang. Dari kejauhan, terdapat seberkas kerlap-kerlip.
Aira memandang tersenyum, "Sampai jumpa lagi, Peri Pipi," bisik Aira pelan.
The end
0 komentar:
Post a Comment