Hari Minggu, Jeany dan Elsa sudah bersiap untuk piknik bersama teman mereka.
"Cepat, katanya yang terlambat akan disuruh mentraktir !"ucap Elsa.
Jeany dan Elsa pun bergegas ke taman.
Sesampainya di taman, Jeany melihat ada beberapa temannya yang sudah datang, hanya tinggal 1 temannya lagi.
Dan tentu saja harus mentraktir mereka semua.
"Dan yang terlambat adalah ... Briggita !,"pekik Jeany diiringi semua tawaan temannya kecuali Elsa.
Briggita tampak kesal sekali,"Ini ! Aku sudah mempersiapkan minuman dan makanan, kalau-kalau aku terlambat."ketus nya.
"Ini makanan dan minuman. Terimakasih juga atas semua ini"tukas Hermonie sambil menyodorkan plastik.
Piknik pun selesai saat sore hari, Jeany dan Elsa segera pulang.
Hari dan hari besok nya berlalu bersama Elsa.
Hari ini Jeany sedang bersama Elsa berjalan di sekitar pinggir kota di dampingi Lucia.
"Lucia, aku ke toko itu dulu, kau tunggu saja disini !."pinta Elsa.
Lucia mengangguk dan masuk ke toko aksesoris.
Jeany pun bingung dan mengikuti Elsa ke toko buku.
"Kau bercanda ? Aku malas membaca buku yang tebal, apalagi toko ini banyak sekali menjualnya !."gerutu Jeany.
"Bukan itu maksudku, kemarilah !,"pinta Elsa sambil menarik tangan Jeany.
"Lihat ! Ada seorang perempuan sedang membaca buku di dekat situ."tunjuk Elsa.
"Lalu ?"Jeany memasang raut wajah kebingungan.
Elsa menghela nafasnya,"Aku tidak tahu ... apakah perempuan itu akan ..."Elsa menghentikan kata-katanya.
Jeany tambah bingung sekarang,"Apa ?!"tanya Jeany penasaran.
Perlahan air matanya turun, tidak terlalu membasahi pipinya. Lalu menyeka air matanya.
Jeany terbelalak kaget, tidak biasanya ia menangis di tempat seperti ini.
"Kenapa ? Ada yang salah ?,"tanya Jeany.
Elsa menggeleng cepat,"Ah .. lupakan !"tukas Elsa.
Elsa berjalan cepat menuju sebuah rumah.
Jeany mengikuti nya dari belakang.
"Tunggu, kenapa kau mengikuti aku ?! Jangan ikuti aku lagi !."bentak Elsa.
Pikiran Jeany penuh tanda tanya sekarang.
Ingin Jeany bertanya, tapi Elsa pasti marah jika Jeany menanya tentang itu.
30 menit berlalu, Elsa tidak terlihat dari tadi,"Seharusnya aku mengikuti nya dari belakang tadi !,"gerutu Jeany kesal.
Lucia pun berlari mendekati Jeany.
"Dimana Elsa ?."tanya Lucia sambil membawa 2 belanjaan.
"Ti .. tidak tahu"jawab Jeany.
"Elsa hanya berkata jangan mengikuti dirinya,"lanjut Jeany.
"Anak itu keterlaluan ! Seenaknya saja berkata begitu, kalau ketahuan aku bisa dimarahi Ibu kalian !,"marah Lucia.
Spontan, Jeany melihat Elsa di toko buku tadi.
Elsa tampak berlari mendekati Lucia dan Jeany.
"Darimana kau ?! Bikin khawatir saja, cepat pulang !."marah Lucia.
***
Malamnya, Elsa membuka sebuah tirai kamarnya.
Diam-diam Jeany mengintip apa yang dilakukan Elsa.
"Pssstttt ... Pssstttt ... kemarilah"panggil Elsa.
Astaga ! Siapa itu ?! Apa ia memanjat memakai tali ? Mungkin bisa !.gumam Jeany.
"Aku merasa ada orang yang melihatku,"ucap perempuan itu.
Elsa lalu memandang setiap sudut kamarnya.
Perlahan, Jeany melangkah mundur,takut ketahuan.
"Aku akan kunci pintu kamarku !"kata Elsa.
Setelah menguncinya, masih ada suara terdengar di kamar Elsa.
Jeany tidak dapat mengintip lagi, tapi dapat mendengar perbincangan mereka.
Sayangnya mereka saling berbisikan agar tidak ketahuan.
Esoknya, Jeany bangun awal dari biasanya.
Jeany mengetuk pintu kamar Elsa.
Satu ketukan, dan belum dibuka, dua ketukan juga sama, sampai sepuluh ketukan tidak dibuka juga.
"Elsa !"panggil Jeany.
Berkali-kali Jeany memanggil ,tapi tidak ada jawaban.
Jeany pun membuka pintu kamar Elsa, dan tidak terkunci lagi.
"Oh ! Disitu rupanya Elsa ! Kenapa belum bangun,ya ?."tanya Jeany bingung.
Ia menarik selimut Elsa dan membangunkannya.
Elsa terbangun,"Tunggu ... kau ... bukan Elsa ! Siapa kau ?!,"tanya Jeany ketakutan.
"Oh ! Kau pasti Jeany. Maaf, sebelumnya perkenalkan, nama ku Racchelia Quorter. Kau boleh memanggil ku Rachel ataupun Chi. Chi itu nama panggilan yang kubuat sendiri. Salam kenal."Rachel mengulurkan tangannya.
Jeany menyalaminya,"Pertanyaannya, dimana Elsa ?,"tanya Jeany dari tadi.
Rachel menyodorkan sebuah kertas dan hadiah.
"Kau boleh membacanya !"kata Rachel sambil tersenyum.
Kertas itu berisi :
Pendamping baru mu sekarang Racchelia Quorter. Karakternya sangat berbeda jauh denganku, Rachel sangat menyenangkan, humoris, sangat suka hal menarik dan penuh tantangan, dan juga pasti menghiburmu dalam sedih. Aku tidak bisa menjadi pendamping mu, setiap hari aku harus membangunkanmu, menemanimu, dan masih banyak lagi. Aku memang pendampingmu sekaligus saudaramu.
Tapi, aku mulai sadar kau butuh hiburan, aku hanyalah seorang yang tidak tahu membawa hiburan.
Itu saja yang aku ingin sampaikan.
Dari Elsa
Jeany melirih Rachel sangat lama, perempuan berambut pirang, warna bola matanya biru pekat,ya,sangat cantik bagi Jeany.
"Aku boleh memanggil mu dengan setiap panggilan yang berbeda ?."tanya Jeany.
"Ya. Ngomong-ngomong kau ini ternyata sangat banyak bertanya !"kata Rachel.
Jeany sekilas tersenyum tipis, lalu matanya terlihat berkaca-kaca.
"Jangan menangis,Jeany. Elsa pasti akan mengingatmu,pasti. Begitu pula sebaliknya dengan mu. Kau terlihat tidak cantik jika menangis."hibur Rachel sambil memegang bahu Jeany.
Rachel memang berbeda dari Elsa. Sangat peduli daripada Elsa. Tapi, aku tetap menyayangi nya.Gumam Jeany.
"Mungkin sekarang aku butuh waktu untuk ini. Tapi pasti aku mulai terbiasa,"senyum Jeany.
"Ya, kau memang butuh waktu untuk itu."kata Rachel.
"Oh ya, Elsa sekarang dimana ?."tanya Jeany.
"Tempat yang tentunya jauh dari sini. Mungkin tinggal dengan Paman mu,"jawab Rachel.
"Dan kau sebenarnya siapa ?"tanya Jeany lagi.
"Hanya keponakan Ayah dan Ibumu."jawab Rachel.
"Apa kau punya .."ucapan Jeany terputus.
"Jangan banyak tanya !."gerutu Rachel kesal.
The end
0 komentar:
Post a Comment